Esports Dulu dan Sekarang: Makin Mapan, Tapi Apa yang Hilang?

Raihan

Loading

Industri esports di Indonesia makin hari makin besar. Bukan cuma dari sisi kompetisi, tapi juga dari media, eksposur, sampai profesionalisme yang kian meningkat. Tapi di balik perkembangan yang pesat ini, beberapa pelaku lama mulai melihat ada hal-hal yang ikut bergeser. baik yang menguntungkan, maupun yang mungkin dirindukan.

Media-media MPL mendapat kesempatan buat ngobrol langsung bareng beberapa sosok penting di scene MLBB Indonesia: SaintDeLucaz (Coach Team Liquid ID), Nafari dan Xepher (Coach Alter Ego Esports), serta R7, eks pro player dari RRQ Hoshi.  Seperti apa wajah esports sekarang menurut mereka, dari yang sudah improve, sampai apa yang justru mulai menghilang.

Esports Kini Lebih Terstruktur, Tapi Terlalu Nyaman?

Buat SaintDeLucaz, perkembangan esports itu udah kelihatan banget, terutama dari sisi manajemen dan media.

Zaman dulu, masuk tim esports itu susah. Harus punya prestasi atau kenalan. Sekarang? Udah banyak jalur. Bisa lewat trial, bisa karena top global di leaderboard,” jelasnya.

Tapi di balik kemudahan itu, ada tantangan baru. Menurut Saint, sekarang ini player jadi terlalu ‘dimanjakan’. Artinya, jalur menuju panggung pro scene jadi lebih mudah, tapi effort dari pemain kadang gak sebesar dulu.

Dari Warnet ke Liga Profesional

Nafari dan Xepher, dua pelatih dari Alter Ego Esports, sepakat kalau esports sekarang udah jauh lebih serius dibanding zaman awal mereka.

Dulu itu kita ikut turnamen modal warnet. Sekarang udah ada liga, ada manajemen, dan peluang kerja di esports makin terbuka,” kata Nafari.

Menurut mereka, ekosistemnya sudah lengkap, mulai dari tim, media, sponsor, sampai jalur karier buat caster, analyst, content creator, dan lainnya. Hal ini bikin esports lebih diakui, bukan cuma sekadar “main game”.

Yang Hilang Adalah “Taunting” ala Zaman Dulu

Menariknya, Nafari juga menyebut ada satu hal yang cukup hilang dari kancah esports sekarang: taunting keras yang dulu sempat jadi bagian dari hiburan pertandingan.

Taunting zaman dulu itu brutal, kadang kelewat batas. Tapi ya justru itu yang bikin seru. Sekarang lebih terkontrol karena ada aturan, jadi kesan panasnya agak hilang,” ucapnya.

Pernyataan ini diamini oleh R7, yang juga menyayangkan hilangnya atmosfer “senggol bacot” antar tim.

Yang beda sih taunting-nya aja, dulu tuh lebih ‘liar’. Tapi ya emang udah beda zamannya.”

Fasilitas Kini Jadi Sorotan Positif

Kalau soal hal yang paling terasa perubahannya, R7 menyebut fasilitas dan dukungan dari tim sebagai perkembangan paling signifikan.

Sekarang tuh tim udah nyiapin semua dari A sampai Z buat para player. Fasilitas, pelatihan, recovery, semuanya udah profesional banget.”

Menurutnya, inilah yang bikin kualitas permainan dan mentalitas player Indonesia makin siap buat bersaing di level internasional.

Penutup: Esports Masih Panjang Perjalanannya

Meskipun dunia esports Indonesia sudah berada di level yang jauh lebih profesional dari sebelumnya, pembicaraan ini ngingetin kita bahwa kemajuan itu datang dengan perubahan—ada yang makin baik, ada juga yang menghilang. Tapi satu yang pasti: esports kini jadi panggung yang lebih inklusif, lebih kompetitif, dan lebih layak dijadikan karier.

Kamu sendiri lebih suka era yang mana? Esports zaman sekarang yang rapi dan stabil, atau zaman dulu yang penuh drama dan bacotan?